Sabtu, 31 Oktober 2015

Kader IMM Sebagai Ummat Terbaik


Konsep manusia dalam islam sangatlah jelas, dalam islam manusia di tempatkan sebagai abdi Tuhan yang diutus untuk mengurus dan mengelola alam semesta-sebagai ciptaan Tuhan. Manusia di percaya sebagai makhluk merdeka dan mendapat kedudukan yang terhormat. Dalam kitab Al-Quran, manusia di berikan kebebasan untuk mengolah esensi dirinya sendiri, memikirkan kedudukannya dalam system realitas sehingga ia mampu menempati tempat sesuai dengan keberadaan kemanusiaannya
Berbeda dengan konsep manusia yang di utarakan oleh barat pada abad pertengahan yang di dominasi oleh pemikiran Yunani yang kental dengan mitologi. Manusia dipandang sebagai makhluk rendahan, manusia hanya sebuah pengganggu para Dewa, manusia adalah saingan para Dewa sehingga tak jarang Dewa dianggap iri hati dan keberadaan manusia semakin terancam dengan adanya Dewa. Karena di era itu, mereka memercayai banyak Dewa dan para Dewa lah yang memegang dominasi sehingga manusia di bawah belenggu para Dewa.
Seiring berkembangnya waktu, rasa ketidakpuasaan muncul seiring datangnya pemikiran bahwa manusia adalah pusat segalanya sehingga manusia perlahan meninggalkan paham keagamaan seperti itu karena manusia memandang bahwa Dewa-Dewa hanyalah mitos dan Dewa-Dewa tidaklah revolusioner. Manusia dipandang berhak menentukan nasibnya sendiri, menentukan kebenaran atas dirinya dan manusia tidak membutuhkan para Dewa sekaligus kitab-kitab suci.

Minggu, 05 Juli 2015

Muhasabah Tengah Periode Berkiprah

Organisasi adalah tempat untuk saling berbahagia dan membahagiakan, meskipun seringkali tidak bahagia namun wajib untuk dibahagiakan. Salah tempat jika hanya untuk saling caci-maki-benci, curiga-mencurigai, jatuh-menjatuhkan, salah-menyalahkan apalagi menbenarkan yang salah. Tepat jikala kita saling rangkul, menyemangati, memahami dan yang paling penting yaitu saling membahagiakan.
Berorganisasi bukan lantas tak setuju maka beda kubu, tak sepaham maka baku hantam, tak sejalan maka saling menerakakan. Awal toleransi sebelum menyangkut toleransi yang lebih sensitive yaitu kita pelajari dan kita maknai di oranisasi. Yang memang kita dituntut untuk saling memahami karakter si A, si B, si C bahkan sampai si Z.
Bersyukurku pada yang Maha Membahagiakan, Allah SWT, yang menakdirkan ku untuk bisa saling bahagia-membahagiakan dalam perjuangan. Terima kasih keluarga Imm Fai Umy, Bem Fai Umy dan keluarga yang lainnya.
-Muhasabah Tengah Periode Berkiprah-

Bait #SajakDiri

Aku adalah tanah
Sesekali dianggap mewah
Namun seringkali tersayat hingga bernanah.
‪#‎SajakDiri‬
Aku adalah alasan,
Kadang menjadi pujian
Namun seringkali terabaikan
#SajakDiri
Aku adalah api,
Membakar adalah pasti,
Pun jua menyesali
#SajakDiri
Selain aku hanya bisa menggerutu, aku hanya bisa bilang " da aku mah apa atuh"
#SajakDiri
Selain aku hanya bisa bilang "oh gitu", aku menyadari siapalah aku
#SajakDiri
Jika memang "itu" yg dimau,
Ijinkan aku memendam pilu dalam kalbu
#SajakDiri

Menunggu ajal endonesa

Jika dirasa Parlemen tak berdaya
atau mungkin diberdayakan
Jika kekuasaan tak semestinya
Atau mungkin diselewengkannya
Jika presiden kerja hanya pengumuman
Atau mungkin pelesiran
Jika rakyat tak ubah penonton sulap
Atau mungkin dikelabuhi suap
Jika parlemen jalanan adalah duri
Atau mungkin di kerdilkan
Jika apatis, hedonis, konsumtif adalah surga
Atau mungkin menjelma tuhan
Jika politik menjadi ladang garapan subur
Atau mungkin penambah gendut

Kurasa indonesia tinggal hitungan hari menuju ajalnya.

Revolusi

Ini kah revolusi ?
Mainan tersentuh teknologi
Jarang kujumpai yang lari-lari
Bersama teman2 ber-hahahihi
Ini kah yang di sebut kemajuan?
Sepi-sunyi nampak di lapangan
Menjulang tinggi rerumputan
Tempat sapi-kerbau mainan
Ini kah desa kesayangan ?
Anak2 tak lagi lari gaduh berkeliaran
Kelerang tak lagi menjadi taruhan
Asik menunduk dengan hp kesayangan
Ini kah tren jaman?
Tunggangan kekinian tak lagi heran
Gede motor tak sebanding dengan badan
Tak lagi santun di jalanan

Ittikad

Kalau sudah begini adanya, tak ada ittikad baik olehnya, rasa2nya aku ingin menyerah saja.
.
Jika hanya timbul fitnah pada setiap hal yg kurasa, dan tak ada pengertian setelahnya, kurasa aku berhenti sajalah.
.
Daripada teramat sakit sayatanya, tak sesekali-duakali kuterima, kurasa mundur jalan terbaiknya.
.
‪#‎SajakDiri‬

Aksi

Kurasa darahmu telah membiru beku, engkau kaku dalam laku. Tak ada tetesan merah darah, terbayar sebagai pemikul amanah. Mungkin engkau letih, dan ingin meratapi dalam sedih.
Namun satu hal pasti, rindu akan teriknya matahari. Terkadang dijilati anjing birokrasi, sumpah serapah enkau meludai. Rindu itu, beku.
Bukan, kuingin hanya Gemah Ripah Loh Jinawi, saja.

Teman Pencerah di Kala Senja

Dikala hadirku ternyata tumpul, mungkin aku terbelenggu simpul.
Karena hadirku tak selalu mencerahkan, mungkin aku sedang tertekan.
Dan dirasa laku ku salah selalu, mungkin aku dirundung pilu.
.
Sungguh tak berguna segala ilmu, dirasa merubah sesuatu tak mampu.
Pun laku jua tak mencerminkan ilmu, merasakan selalu akan tertipu.
Ampunilah aku temanku, rasa keluh kesahmu tumpah kepada ku.
Aku hanya pohon dihinggapi benalu, tak berguna lagi tabu.
.
‪#‎SajakSenja‬

Hujan mencumbu senja

Adalah ia yg mengasihi
Merebut segala sangsi
Mencumbui yg ia sayangi
Tanah luhur, bumi
-
Adalah ia yg mendamaikan
Luluh segala tanpa belas kasihan
Sadarkan yg lupa kemanusiaan
Makhluk kejar setoran
-
Adalah ia yg melenyapkan
Atas kehendak keserakahan
Lalu lalang yg tak ada ampunan
Sirna lari tunggang-langgang
-
Adalah ia, hujan
(Kantin selatan UMY, hujan mencumbu senja, 24 April 2014)

Aku yang tak di aku

Aku,
Bukan siapa-siapa bila di sandingkan dengan dia
Bukan apa-apa bila di takar dengan dia
Bukan siapa-siapa lagi bila dengan Nya
Bukan apa-apa lagi bisa dengan Nya.
-
Aku,
Seringkali tidak pantas, sesekali pantas
Seringkali tidak pantas, bahkan tidak pernah pantas
Tak sepantas yg biasa di atas pentas
Tak pantas lagi kepada yg lebih atasnya pentas.
-
05 April 2015
Burjo pojok
-
‪#‎SajakDiri‬

Tentang, ah

Juga tak ada sepi waktu ini
Dua senyawa menari bahagia
Membenam hati dan diri sunyi
Hujan temaram tentang, ah...
-
Kira anak adam bertekuk lutut
Menunaikan hajat jasad yg butuh istirahat
Membuai bagi siapa yg hidup
Kita tau, itu malam
-
Pun, itu tak berlaku bagi diri ini
Bersama bulan bundar bersinar
Bintang gemerlap mengkilap
Kukirim sebait rindu bertabur pilu
-
Yang pasti,
Aku tak ingin cahaya redup,
Tak secerah kala ia menyapa kala pertama
Atau yang cukup haru, ia menyinari bukan diri ini.
-
Jika bukan cahaya
Lantas, aku menuju mercusuar yg mana
Terombang-ambing ditertawakan karang
Kemudian hilang di gulung ombak lautan?
-
Tuhan, yang pemurah.
Berkatilah, tanah yang indah
Diri ini bersemayam
-
23.59 / 5 Mei 2015
‪#‎SajakDiri

Dini, Fajar dan Pagi

Terima kasih
Sayang dan sumbangsih
Akan selalu menancap dalam hati
Ini, Lebih berharga dari materi
-
Aku bertanya,
Jika merah lantas kau artikan marah
Jika hitam lantas kau artikan kelam
Jika putih lantas kau pukul rata suci
Lantas, bagaimana kau artikan aku yang abu-abu?
-
Termasuk ajang koreksi
Akan masa depan kita nanti
Agar tak akan melulu mati
Tersengat akan halusinasi
-
Bukan maksud, sungguh
Tak setuju kemudian beda kubu
Tak sepaham maka baku hantam
Di teriaki maka saling caci-maki
-
Tuntut menuntut, pasti
Gambaran akan tak kepuasan hati
Bukankah semua ajang evaluasi nanti
Sungguh, tak ada maksud iri, dengki, sakit hati.
-
Sejatinya, hanya sadar antar diri
Semoga, jiwa dan raga akan lebih baik lagi
Bukan hanya untuk individu ini
Beban sebagai penerus ummat nanti
-
Sejatinya, kita adalah satu
Ku kira tak ada kata musuh
Perkara kecil tentang tidak setuju
Bukan begitu kawanku?
-
Mohon maaf, atas laku dan perangai
Jauh dari kata baik dan benar.
-
LPJ Musykom XXII IMM FAI UMY
Aula MUHI
06.22 / 24 Mei 2015

Senin, 27 April 2015

Movie Review: Senyap

image
Adi Rukun menonton televisi. Adi Rukun menjalankan tugasnya sebagai optometris. Adi Rukun bercengkerama dengan keluarganya.

Tiga kegiatan yang terdengar sederhana itu menjadi formula dasar film dokumenter Senyap—berjudul internasional The Look of Silence—garapan Joshua Oppenheimer yang menindaklanjuti Jagal atau, bagi publik mancanegara, The Act of Killing.

Seperti pendahulunya, Senyap kembali berupaya menguak pembunuhan lebih dari satu juta orang yang dituduh terlibat sebagai anggota Partai Komunis Indonesia pada medio 1965 hingga 1966. Sebuah genosida yang dibiarkan. Namun, seperti dapat diterka lewat paragraf pembuka ulasan ini, ada pendekatan yang berbanding terbalik pada dua film dokumenter tersebut.

Pendidikan Islam menurut Ibnu Khaldun dan Imam Al Ghazali



Menurut Ibnu Khaldun memandang bahwa perkembangan dan kemajuan pendidikan tidak dapat lepas dari kemajuan peradaban. Tujuan pendidikan Islam menurutnya adalah meningkatkan kualitas hidup, kualitas iman dan ketaatan, kualitas nalar, kualitas moral dan kualitas kerja.
Sedangkan menurut Imam al-Ghazali walaupun belum pernah mendefinisikan arti pendidikan secara jelas, tapi lewat ungkapan beliau yang mengatakan bahwa hasil ilmu adalah upaya pendekatan diri kepada Allah Tuhan Semesta Alam, menghubungkan diri dengan ketinggian dan berhampiran dengan malaikat tinggi. Dan ini sesungguhnya dapat dilakukan dengan ilmu yang berkembang bukan ilmu yang beku yang tidak berkembang; menunjukkan unsur unsur pembentuk pengertian pendidikan.
Dari kedua pendapat tokoh pendidikan islam tersebut, bisa dilihat perbedaan dari keduanya :

Presiden lebih tinggi dari DPR? what the fu*k?

Saat itu penyakit ku kambuh, insomnia. Ya, itu mungkin adalah penyakit kebanyakan dari para mahasiswa saat ini, tanpa berfikir panjang aku berpikir untuk pergi kewarnet mencari bahan bacaan tentang tugas kuliah yang tak kunjung usai. Tanpa pikir panjang langsung saja aku pergi kewarnet, saat itu warnet sepi, hanya ada beberapa bilik yang berpenghuni.Masuklah aku menghadap sang komputer untuk browsing bahan tugas.
          Tidak sengaja dengerin antara operator warnet dengan salah satu pengunjung. Kebetulan bilik PC dari si pengunjung berdekatan dengan sang operator. Pembicaraan berawal saat operator warnet melihat berita melalui media elektronik (entah itu dari televisi atau lewat internet, aku kurang paham) yang menayangkan tentang demo kenaikan harga BBM. Kurang lebih begini pembicaraan nya. :

Review Buku : Tasawuf Modern

Tasawuf Modern, Bahagia itu Dekat dengan Kita, Ada dalam Diri Kita

Bila disebut tasawuf, sebagian besar masyarakat akan memahaminya sebagai hidup menjauh dari dunia dan lebih fokus ke akhirat. Kekayaan diajuhi, kekuasaan diabaikan. Hidup sepenuhnya untuk beribadah.

Pemahaman seperti ini bisa dipahami mengingat pada awal munculnya, para pengamal tasawuf, dikenal sebagai sufi, memilih untuk menjauh dari dunia, menepi dan mengasingkan diri, sibuk berdzikir dan beribadah. Bagi mereka bahagia itu ketika merasakan kehadiran Allah.

Senin, 06 April 2015

Sepenggal Rindu di Hari Ibu

Terbersit rasa bangga padamu
Satu wanita diantara beribu-ribu
Yang parasnya tak pernah layu
Wajah sederhana yang sungguh ayu
Paras dan laku sungguhlah padu
Berjalan sejajar dalam setiap waktu
Tak terlihat palsu namun lugu
Seringkali membahagiakanku
Ibu
Resahku yang sungguh padamu
Rindu yang saban hari tak mau berlalu
Selalu menggebu di kejar waktu
Tak mungkin ada ragu
Ku yakin akan segala kasihmu
Yang pasti kau jaga selalu
Untuk kami, anak-anakmu
Selamat Hari Ibu
Sehatlah selalu dan berbahagialah

22 Desember 2014, 02.30, Yogyakarta

Maha Meracau

Tergambar raut wajah sang maha
Gembira suka-cita, Sedih nan gelisah
Melebur, tak sanggup terungkapkan kata-kata
Meracau dalam ruang-ruang mereka
-
Mereka bergerombol dan berkerumunan
Berkerumun dalam kebingungan
Entah apa yang dibicarakan
Sebagian tetap terjaga dalam lamunan
-
Barisan huruf dan angka
Itulah yang mereka sembah
Sehingga lupa akan sifat manusia
Yang terbatas dalam kata sempurna

Tangan Kanan Tuhan - Teruntuk Ibu

Ibu
Masih tergambar jelas raut wajah manismu
Wanita terbaik pilihan ayahku
Satu wanita terbaik dari sekian ribu
Yang hingga kini setia menyanding ayahku
Ibu,
Jarak teritorialku dan kamu tidaklah dekat
Lautan luas membentang menyayat
Sama halnya dengan jalur darat
Namun percayalah, kasihmu tetaplah melekat
Ibu,
Delapan belas tahun yang lalu
Lahirlah aku, putra pertamamu
Raut wajah mu gembira nan mengharu-biru
Ribuan harapan kau sematkan padaku.
Ibu,
Inginku mengutuk jarak
Satu hal yang tak kunjung tidak
Namun, keberatan pun ku tak punya hak
Penyebab rindu yang saban hari semakin berpetak