Senin, 27 April 2015

Movie Review: Senyap

image
Adi Rukun menonton televisi. Adi Rukun menjalankan tugasnya sebagai optometris. Adi Rukun bercengkerama dengan keluarganya.

Tiga kegiatan yang terdengar sederhana itu menjadi formula dasar film dokumenter Senyap—berjudul internasional The Look of Silence—garapan Joshua Oppenheimer yang menindaklanjuti Jagal atau, bagi publik mancanegara, The Act of Killing.

Seperti pendahulunya, Senyap kembali berupaya menguak pembunuhan lebih dari satu juta orang yang dituduh terlibat sebagai anggota Partai Komunis Indonesia pada medio 1965 hingga 1966. Sebuah genosida yang dibiarkan. Namun, seperti dapat diterka lewat paragraf pembuka ulasan ini, ada pendekatan yang berbanding terbalik pada dua film dokumenter tersebut.

Pendidikan Islam menurut Ibnu Khaldun dan Imam Al Ghazali



Menurut Ibnu Khaldun memandang bahwa perkembangan dan kemajuan pendidikan tidak dapat lepas dari kemajuan peradaban. Tujuan pendidikan Islam menurutnya adalah meningkatkan kualitas hidup, kualitas iman dan ketaatan, kualitas nalar, kualitas moral dan kualitas kerja.
Sedangkan menurut Imam al-Ghazali walaupun belum pernah mendefinisikan arti pendidikan secara jelas, tapi lewat ungkapan beliau yang mengatakan bahwa hasil ilmu adalah upaya pendekatan diri kepada Allah Tuhan Semesta Alam, menghubungkan diri dengan ketinggian dan berhampiran dengan malaikat tinggi. Dan ini sesungguhnya dapat dilakukan dengan ilmu yang berkembang bukan ilmu yang beku yang tidak berkembang; menunjukkan unsur unsur pembentuk pengertian pendidikan.
Dari kedua pendapat tokoh pendidikan islam tersebut, bisa dilihat perbedaan dari keduanya :

Presiden lebih tinggi dari DPR? what the fu*k?

Saat itu penyakit ku kambuh, insomnia. Ya, itu mungkin adalah penyakit kebanyakan dari para mahasiswa saat ini, tanpa berfikir panjang aku berpikir untuk pergi kewarnet mencari bahan bacaan tentang tugas kuliah yang tak kunjung usai. Tanpa pikir panjang langsung saja aku pergi kewarnet, saat itu warnet sepi, hanya ada beberapa bilik yang berpenghuni.Masuklah aku menghadap sang komputer untuk browsing bahan tugas.
          Tidak sengaja dengerin antara operator warnet dengan salah satu pengunjung. Kebetulan bilik PC dari si pengunjung berdekatan dengan sang operator. Pembicaraan berawal saat operator warnet melihat berita melalui media elektronik (entah itu dari televisi atau lewat internet, aku kurang paham) yang menayangkan tentang demo kenaikan harga BBM. Kurang lebih begini pembicaraan nya. :

Review Buku : Tasawuf Modern

Tasawuf Modern, Bahagia itu Dekat dengan Kita, Ada dalam Diri Kita

Bila disebut tasawuf, sebagian besar masyarakat akan memahaminya sebagai hidup menjauh dari dunia dan lebih fokus ke akhirat. Kekayaan diajuhi, kekuasaan diabaikan. Hidup sepenuhnya untuk beribadah.

Pemahaman seperti ini bisa dipahami mengingat pada awal munculnya, para pengamal tasawuf, dikenal sebagai sufi, memilih untuk menjauh dari dunia, menepi dan mengasingkan diri, sibuk berdzikir dan beribadah. Bagi mereka bahagia itu ketika merasakan kehadiran Allah.

Senin, 06 April 2015

Sepenggal Rindu di Hari Ibu

Terbersit rasa bangga padamu
Satu wanita diantara beribu-ribu
Yang parasnya tak pernah layu
Wajah sederhana yang sungguh ayu
Paras dan laku sungguhlah padu
Berjalan sejajar dalam setiap waktu
Tak terlihat palsu namun lugu
Seringkali membahagiakanku
Ibu
Resahku yang sungguh padamu
Rindu yang saban hari tak mau berlalu
Selalu menggebu di kejar waktu
Tak mungkin ada ragu
Ku yakin akan segala kasihmu
Yang pasti kau jaga selalu
Untuk kami, anak-anakmu
Selamat Hari Ibu
Sehatlah selalu dan berbahagialah

22 Desember 2014, 02.30, Yogyakarta

Maha Meracau

Tergambar raut wajah sang maha
Gembira suka-cita, Sedih nan gelisah
Melebur, tak sanggup terungkapkan kata-kata
Meracau dalam ruang-ruang mereka
-
Mereka bergerombol dan berkerumunan
Berkerumun dalam kebingungan
Entah apa yang dibicarakan
Sebagian tetap terjaga dalam lamunan
-
Barisan huruf dan angka
Itulah yang mereka sembah
Sehingga lupa akan sifat manusia
Yang terbatas dalam kata sempurna

Tangan Kanan Tuhan - Teruntuk Ibu

Ibu
Masih tergambar jelas raut wajah manismu
Wanita terbaik pilihan ayahku
Satu wanita terbaik dari sekian ribu
Yang hingga kini setia menyanding ayahku
Ibu,
Jarak teritorialku dan kamu tidaklah dekat
Lautan luas membentang menyayat
Sama halnya dengan jalur darat
Namun percayalah, kasihmu tetaplah melekat
Ibu,
Delapan belas tahun yang lalu
Lahirlah aku, putra pertamamu
Raut wajah mu gembira nan mengharu-biru
Ribuan harapan kau sematkan padaku.
Ibu,
Inginku mengutuk jarak
Satu hal yang tak kunjung tidak
Namun, keberatan pun ku tak punya hak
Penyebab rindu yang saban hari semakin berpetak