Kamis, 10 Juli 2014

Layu kah kau Kuncup Melati?



Ketika mata ini memandang kanan-kiri dengan ragu-ragu
Kulihat deretan kuncup melati berbalut rindu
Tak sedikit kuncup melati yang menurutku baru
Yang hadir bersuka cita tanpa terlihat sendu
Berpuluh-puluh kuncup melati bahagia
Terlihat satu dalam warna
Pun, hanya aku yang berbeda
Kerana ku sungguh kecewa
Kuncup melati sembuhkanlah
Rasa kecewaku yang telah membara
Mungkin
Bukan salah rumah yang berdebu
Tapi, salah penghuni yang tak mau menyapu
Kawanan kuncup melati
Berserakam dalam warna api
Semoga saja kita tak sampai disini
Terbuai dalam halusinasi
Tak disangka
Sepasang-pasang mata melihat dan tertuju pada kita
Memandang penuh seksama
Pun aku tak paham tentang apa itu amanah
Pun telah cukup ku bersaksi dan bersumpah
Di hadapan tiga anak manusia
Ini semua bagiku bualan semata
Banyak dari mereka
Datang ketika gembira ria
Dan buta ketika derita mengancam tiba-tiba
Yang sering aku bertanya-tanya,
Berapa puluh yang mala mini berbahagia?
Berapa puluh yang peduli ketika dertita mengancam sesama?
Semoga ini sebagai awal kita
Berlomba-lomba dalam meraih asa
Untuk diri kita, agama dan bangsa.
Ruang Sidang Gedung A.R. Fachrudin unit B.
21 Mei 2014 | 21.27 WIB

0 komentar:

Posting Komentar